Senin, 30 Desember 2013

Laporan Praktikum Budidaya Tanaman Pangan

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
BUDIDAYA TANAMAN PADI
VARIETAS CILAMAYA, IR-64 DAN SITU BAGENDIT

Disusun Oleh :
1. Ria Wardani                    A0B011009
2. Aries M. S                       A0B011010
3. Tyandari Ayu R              A0B011011
4. Fani Eka Kuswanti         A0B011012
5. Selika Duwi                    A0B011013
6. Isnaeni Rahmawati         A0B011014




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
D3 ILMU TANAH
PURWOKERTO
2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia yang beriklim tropis, padi ditanam diseluruh daerah dataran rendah sampai tinggi. Umumnya padi diusahakan sebagai padi sawah (85-90%) dan sebagian kecil (10-15%) sebagai padi gogo.
Untuk meningkatkan produksi padi nasional, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, termasuk mendorong penggunaan teknologi baru seperti varietas unggul, pemupukan yang tepat, perbaikan cara bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengairan yang teratur, peningkatan penyuluhan, pemberian subsidi terhadap sarana produksi dan berbaikan pemasaran hasil.
Budidaya padi digolongkan atas dasar (i) sumber air hujan/irigasi: padi sawah dan padi gogo, (ii) musim tanam yaitu padi musim hujan (MH) dan padi musim kemarau (MK), (iii) kedalam air genangan yaitu padi gogo tidak digenangi, padi sawah (seluruh waktu pertumbuhan padi digenangi 5-25cm) padi gogo rancah (tidak digenangi di awal pertumbuhan dan digenangi 5-25cm pada periode pertengahan sampai akhir pertumbuhan) padi pasang surut ( padi sawah dengan genangan beragam tergantung pasang surutnya air), dan padi rawa dengan genangan 50 cm-2m.
 Padi merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi secara umum oleh masyarakat Indonesia. Keadaan pangan di suatu Negara dapat menjadi tidak stabil apabila antara kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang . Hal ini akan mendorong para petani untuk lebih giat mengerjakan sawahnya, ditanami padi. Upaya peningkatan produksi pertanian utamanya padi masih dan akan tetap merupakan kebutuhan bagi bangsa ini mengingat semakin meningkatnya kebutuhan pangan beras sejalan dengan meningkatnya penduduk dan kualitas hidup masyarakat. Agar tidak terjadi keadaan yang lebih buruk yang dapat mengganggu keberlanjutan sistem produksi padi sawah, maka perlu ditempuh upaya-upaya guna mengkonservasi dan merehabilitasi sumber daya lahan yang ada. Salah satunya dengan teknologi budidaya padi semimodern dan tradisional dengan mengambil 3 sampel varietas padi yaitu varietas cilamaya, situbagendit dan IR -64.
B. Tujuan
            Untuk mengetahui budidaya padi varietas cilamaya, situbagendit dan IR-64 serta analisis usaha taninya di 3 tempat yaitu: 1. Desa Karangwangkal, Purwokerto, 2. Desa Negara Daha, Bumiayu, 3. Desa Gentawangi, Jatilawang.












BAB II TINJAUAN PUSTAKA
 Tanaman Padi Sawah
 Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat dekat, dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas tunas baru (Siregar, 1981).
Umur padi mulai dari benih sampai panen mencapai empat bulan petani harus menunggu sambil merawat tanamannya sedemikian rupa sesuai dengan anjuran teknologi yang direkomendasikan, atau sesuai dengan teknologi yang mampu diserap atau mampu diterapkan petani.Setiap tanam tergantung varietasnya mempunyai kemampuan genetik tanaman yang diusahakan dalam penerapan teknologi yang mampu diterapkan mulai dari pengelolahan sampai panen.Disamping itu, perlu juga diperhatikan dan diperhitungkan akibat yang ditimbulkan oleh cuaca, ketersediaan air dan lainnya. Karena factor tersebut akan berdampak pada teknologi yang diterapkan dan sudah pasti berpengaruh terhadap hasil yang akan diterima. (Daniel, 2002)

Teknologi  PTT ( Pengolahan tanaman Terpadu )

Untuk meningkatkan produksi beras dalam rangka pencapaian swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Beberapa komponen teknologi budidaya padi sawah dengan pendekatan PTT adalah:
1. Varietas unggul baru
2. Bibit bermutu dan Sehat
3. Bibit muda umur 15-20 hari setelah sebar
4. Pengolahan Tanah
5. Penggunaaan bahan organik
6. Pengelolaan Tanaman sistem legowo 4:1
7. Irigasi berselang
8. Pemupukan Spesifik Lokal
9. Pupuk Mikro                        
10. PHT sesuai OPT
11. Pengendalian Gulma
12. Penanganan panen dan Pasca panen
(Yusuf, 2010).

Pengelolaan tanaman terpadu adalah pendekatan dalam budidaya tanaman dan berperan penting dalam meningkatkan produksi padi dalam beberapa tahun terakhir. Keberhasilan program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional) yang diimplementasikan sejak tahun 2007 tentu tidak dapat dipisahkan dari pengembangan PTT padi sawah. Untuk mempertahankan swasembada beras yang telah berhasil diraih kembali pada tahun 2008, inovasi teknologi ini terus dikembangkan oleh Departemen Pertanian (Firdaus, 2008).
Ciri-Ciri Padi Sawah IR-64
Salah satu varietas padi yang saat ini paling banyak ditanam petani selain varietas Ciherang adalah varietas IR64. Varietas ini dilepas pemerintah sekitar tahun 1986.
Di daerah Surabaya, Sidoarjo dan sekitarnya beras IR64 ini dikenal dengan nama beras bengawan. Ciri-ciri fisiknya panjang dan kurus, sedangkan warnanya putih susu. Beras jenis ini cocok untuk makanan yang berkuah. Kalau di Tasikmalaya, beras dari IR64 ini dinamakan beras panjang.

Berikut ini adalah ciri-ciri varietas Ciherang, ( sumber BB padi )
IR 64, Rice Varieties – Padi Sawah
Asal persilangan : IR5657/IR2061

Kelompok
:
Padi Sawah
Nomor Seleksi
:
IR18348-36-3-3
Golongan
:
Cere
Umur tanaman
:
110-120 hari
Bentuk tanaman
:
Tegak
Tinggi tanaman
:
85 cm
Anakan produktif
:
20-35 batang
Warna kaki
:
Hijau
Warna batang
:
Hijau
Warna telinga daun
:
Tidak berwarna
Warna lidah daun
:
Tidak berwarna
Warna daun
:
Hijau
Permukaan daun
:
Kasar
Posisi daun
:
Tegak
Daun bendera
:
Tegak
Bentuk gabah
:
Ramping, panjang
Warna gabah
:
Kuning bersih
Kerontokan
:
Tahan
Kerebahan
:
Tahan
Tekstur nasi
:
Pulen
Kadar amilosa
:
24,1%
Indeks glikemik
:
70
Bobot 1000 butir
:
27 gram
Rata-rata hasil
:
5,0 t/ha
Potensi hasil
:
6,0 t/ha
Ketahanan terhadap Hama
:
Tahan wereng coklat biotipe 1,2, dan agak tahan wereng coklat biotipe 3
Ketahanan terhadap penyakit
:
Agak tahan hawar daun bakteri strain IV tahan virus kerdil rumput
Pemulia
:
Introduksi dari IRRI
Di lepas tahun
:
1986
Ciri-Ciri Padi Situ Bagendit
Padi situbagnedit bisa ditanam di lahan kering. Potensi hasilnya 3-5 t/ha GKB (lahan kering) dan 5-6 t/ha GKB (lahan sawah). Artinya varietas ini bisa disebut padi gogo.
Nama Varietas:
Situ Bagendit
Tahun:
2002
Tetua:
Persilangan Batur/S2823-7d-8-1-A//S823-7d-8-1-A
Rataan Hasil:
3-5 t/ha GKB (lh kering), 5-6 t/ha GKB (lh sawah)
Pemulia:
Z. A. Sumanullang, Aan A. Daradjat, Ismail BP, N. Yunani
Umur tanaman:
110 – 120 hari
Bentuk tanaman:
Tegak
Tinggi tanaman:
99 – 105 cm
Anakan produktif:
12 – 13 malai per rumpun
Warna kaki:
Hijau
Warna batang:
Hijau
Warna telinga daun:
Tidak berwarna
Warna lidah daun:
Tidak berwarna
Warna daun:
Hijau
Muka daun:
Kasar
Posisi daun:
Tegak
Daun bendera:
Tegak
Bentuk gabah:
Panjang ramping
Warna gabah:
Kuning bersih
Kerontokan:
Sedang
Kerebahan:
Sedang
Tekstur nasi:
Pulen
Kadar amilosa:
22%
Bobot 1000 butir:
27 – 28 gram
Ketahanan terhadap penyakit:
Agak tahan terhadap Blast, Agak tahan terhadap bakteri hawar daun strain III dan IV
Anjuran tanam:
Cocok ditanam di lahan kering dan mampu juga ditanam di lahan sawah
Ciri-Ciri Padi Cilamaya Muncul
.Deskripsi Benih Unggul Varietas Padi Cilamaya Muncul
1.      Nomor seleksi :
Pemutihan
2.      Asal :
Pelita 1-1/B2388
3.      Umur Tanaman :
126-130 hari
4.      Golongan :
Cere
5.      Tinggi tanaman :
105 cm
6.      Bentuk tanaman :
Tegak
7.      Anakan Produktif :
15-20 malai
8.      Warna kaki daun :
Hijau
9.      Warna batang :
Hijau
10.  Warna telinga daun :
Tidak berwarna
11.  Warna lidah daun :
Tidak Berwarna
12.  Warna helai daun :
Hijau
13.  Muka daun :
Kasar
14.  Posisi daun :
Tegak
15.  Daun bendera :
Tegak
16.  Bentuk gabah :
Bulat besar
17.  Warna gabah :
Kuning, bersih
18.  Tipe malai :
Intermediate
19.  Leher malai :
Terbuka
20.  Kerontokan :
Agak tahan
21.  Kerebahan :
Tahan
22.  Tekstur nasi :
Pulen
23.  Kadar amilosa :
21 %
24.  Bobot 1.000 butir :
26-27 g
25.  Rata-rata hasil :
6.0tn/ha GKG
26.  Potensi hasil :
8.5tn/ha GKG
27.  Ketahanan terhadap hama :
Tahan wereng coklat biotipe 2 agak tahan biotipe 3
28.  Ketahanan terhadap penyakit :
Tahan Bakteri hawar daun
29.  Anjuran tanam :
Cocok ditanam pada lahan sawah dengan ketinggian 0-500 m dpl
30.  Intansi pengusul :
Puslitbang Tanaman Pangan
31.  Pemula/peneliti/teknisi :
Susanto Tw, Z. Harahap, Asep Abdie, S. Nazilah Umar, dan Sulaeman
32.  Tahun dilepas :
1996

Syarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah

Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun dengan ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Budidaya padi sawah dapat dilakukan disegala musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Pada musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik mengandung pasir, debu dan lempung.

Pelaksanaan Teknis Budidaya Padi Sawah

Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.

Pelaksanaan Budidaya Padi Sawah

Persiapan Lahan Budidaya Padi Sawah

Persiapan lahan meliputi pembersihan jerami padi atau sisa tanaman lain, pencangkulan pada pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pemberian kapur pertanian disesuaikan dengan pH tanah, pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 4 ton/ha, pembajakan dan penggaruan tanah. Pada saat penggaruan saluran pembuangan air sebaiknya ditutup, agar pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut.

Persiapan Bibit dan Penanaman Padi Sawah

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan tanaman padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi sehat dan subur dapat tercapai. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan benih unggul bersertifikat, dengan kebutuhan 25-30 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur dan intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan dengan ukuran lebar 1 m, panjang 4 m, dan tinggi 20-30 cm. Untuk lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih yang telah direndam selama 1 malam siap untuk ditebar.
Bibit berumur 18 hari siap untuk pindah tanam. Sebelum ditanam, bibit yang telah dicabut direndam dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran dengan konsentrasi 1 gr/ liter selama 2 jam. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Pada saat penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, dengan sistem jajar legowo 2 -1 dengan jarak 15 x 25 cm dan lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan penanaman menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air serta mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama penyakit lebih mudah, dan pemupukan lebih berdaya guna.

Pemeliharaan Tanaman Padi Sawah

Penyulaman Budidaya Padi Sawah

Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2 minggu. Tanaman yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam, akan berpengaruh terhadap pemanenan.

Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Padi Sawah

Sanitasi lahan pada budidaya padi meliputi : pengendalian gulma/rumput (penyiangan), dan pencabutan tanaman terserang hama penyakit. Penyiangan dilakukan 2 kali, sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa dilakukan 3 kali.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan budidaya padi sawah adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.

Pemupukan Susulan Budidaya Padi Sawah

Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama pada umur 7 hari setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 35 HST dengan menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 250 kg/ha.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 14 hst dengan konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat dan kalium tinggi diberikan pada umur 30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter pada umur 30 hst, dan konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45 hst.

Pengendalian Hama Dan Penyakit Budidaya Padi Sawah

Hama Tanaman Padi Sawah

Orong-orong

Orong-orong tanaman padi sawah adalah Gryllotalpa orientalis Burmeister. Orong-orong jarang menjadi masalah pada budidaya padi sawah, tapi sering ditemukan di lahan pasang surut dan biasanya hanya terdapat di sawah kering tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan orong-orong pindah ke pematang. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan hama ini adalah fase pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Hama ini merusak akar muda dengan cara memotong tanaman padi pada pangkal batang yang berada di bawah tanah. Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira orang disebabkan oleh penggerek batang (sundep). Pertanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.
Pengendalian dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil), jika diperlukan bisa dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Grayak

Ulat grayak tanaman padi sawah adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih dan berlubang, dan hanya meninggalkan tulang daun. Larva ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan parah terjadi saat musim kemarau dan tanaman kekurangan air.
Pengendalian dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis/konsentrai sesuai petunjuk pada kemasan.

Penggerek Batang Tanaman Padi

Penggerek batang padi yang menyerang tanaman padi sawah di Indonesia adalah :
  1. Scirpophaga incertulas
  2. Scirpophaga innotata
  3. Chilo suppressalis
  4. Chilo polychrysus Meyrick
  5. Chilo auricilius Dudgeon
  6. Sesamia inferens
  7. Tryporiza innota
  8. Tryporiza incertulas
Serangan pada fase vegetatif tidak terlalu mempengaruhi hasil panen karena tanaman padi masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Gejala serangan berupa daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).
Serangan pada fase generatif ditandai dengan larva penggerek batang memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hama Putih

Hama putih tanaman padi sawah adalah Nymphula depunctalis. Hama putih menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi berumur kurang lebih satu bulan. Hama putih akan memakan jaringan permukaan bawah daun sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda adanya hama ini adalah adanya larva kecil dan ngengat dengan siklus hidup 35 hari.
Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Kerusakan pada daun ditandai daun terpotong seperti digunting. Daun yang terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung yang digunakan larva untuk membungkus dirinya (terbungkus dengan benang-benang sutranya).
Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hama Putih Palsu

Hama putih palsu tanaman padi sawah adalah Chanaphalocrosis medinalis. Hama putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun, permukaan bawah daun berwarna putih. Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat berbentuk segitiga.
Pengendalian hama ini tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi sawah yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air dan pupuk dikelola dengan baik. Atau dengan mencegah penggenangan lahan secara terus menerus dan mengeringkan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst dan serangan tidak terkendali, bisa dengan aplikasi insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Wereng Coklat

Hama wereng coklat tanaman padi sawah adalah Nilaparvata lugens Stal. Wereng coklat merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan pertanaman padi di Indonesia. Hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan kandungan N tinggi yang tidak diimbangi dengan P dan K tinggi serta penanaman dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman, menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menguning dan mengering.
Pengendalian hama dengan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Wereng Hijau

Hama wereng hijau tanaman padi sawah adalah Nephotettix virescens. Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro penyebab penyakit tungro. Fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum merupakan fase paling rentan serangan wereng hijau. Gejala kerusakan ditandai dengan tanaman kerdil, anakan berkurang, serta daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye. Pengendalian hama ini sama seperti pengendalian hama wereng coklat.

Walang Sangit

Hama walang sangit tanaman padi sawah adalah Leptcorisa oratorius. Walang sangit adalah hama tanaman padi setelah berbunga, menghisap cairan bulir padi dan mengakibatkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna, berubah warna serta mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai sampai masak susu merupakan fase paling rentan. Hama walang sangit selain menurunkan produksi juga menurunkan kualitas gabah padi. Hama ini menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration.
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Keong Mas

Hama keong mas tanaman padi sawah adalah Pomacea canaliculata. Keong mas merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air.
Pengendalian hama dengan pengamatan di lapangan, Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda dan keong mas dengan berbagai ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan air. Pada tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan diluar ambang kendali bisa dengan aplikasi moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Tikus Sawah

Hama tikus sawah tanaman padi sawah adalah Rattus argentiventer Rob Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mamalia (binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan yang sangat spesifik.
Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan tikus sawah bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian yang jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain.

Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Sawah

Hawar Daun Bakteri

Penyakit hawar daun bakteri tanaman padi sawah adalah Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) menyerang di semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan dan disemua tempat baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada musim hujan biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, pemupukan berimbang. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hawar Daun Jingga

Penyakit hawar daun jingga tanaman padi sawah adalah Pseudomonas sp. Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa dan Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Pada musim kemarau, penyakit ini biasanya menyerang tanaman padi pada fase generatif. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai saat ini belum tersedia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor praktek produksi yang dilakukan seperti pemupukan, jarak tanam, dan pengairan.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, dan pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hawar Pelepah

Penyakit hawar pelepah tanaman padi sawah adalah Rhizoctonia solani kuhn. Hawar pelepah menyerang tanaman padi baik pada dataran tinggi maupun dataran rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air, berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat. Penyakit hawar pelepah ini muncul sejak dikembangkan varietas padi beranakan banyak, didukung oleh pemberian pupuk kandungan nitrogen tinggi secara berlebihan, serta cara tanam dengan jarak rapat. Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, dan aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Busuk Batang

Penyakit busuk batang tanaman padi sawah adalah Helminthosporium sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam dengan kategori infeksi ringan sampai sedang. Pada musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat diinfeksi cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan persentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, dan pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Blast

Penyakit blast tanaman padi sawah adalah Pyricularia grisea. Blas merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Blast menginfeksi tanaman pada semua stadium dan menyebabkan tanaman puso. Pada fase vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada fase generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast). Pemupukan tidak berimbang, terutama kandungan nitrogen tinggi dan kondisi kekurangan air sangat disenangi oleh penyakit blas ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Bercak Cercospora

Penyakit bercak tanaman padi sawah adalah Cercospora leaf spot. Penyakit bercak daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Penyakit bercak daun cercospora merupakan penyakit merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang kahat (kekurangan) kalium. Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya dan keringnya pelepah daun yang menyebabkan tanaman rebah. Gejala serangan ditandai adanya bercak-bercak sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Pada saat tanaman padi membentuk anakan, bercak ini semakin meningkat. Infeksi yang terjadi pada batang dan pelepah meyebabkan batang dan pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
Pengendalian penyakit ini dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Bercak Daun Coklat

Penyakit daun coklat tanaman padi sawah adalah cendawan Helminthosporium oryzae. Gajala serangan bercak caun coklat ditandai bercak coklat pada daun berbentuk oval merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang. Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat. Pada serangan berat, jamur dapat menginfeksi gabah dengan gejala bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah.
Pengendalian kimiawi dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunju         k pada kemasan.

Tungro

Penyakit tungro tanaman padi sawah adalah virus batang tungro padi (rice tungro bacilliform virus, RTBV) dan virus bulat tungro padi (rice tungro spherical virus, RTSV). Tungro merupakan penyakit padi yang kompleks, kedua virus ditularkan secara semipersisten oleh beberapa spesies wereng hijau dan wereng daun lainnya. Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot tanaman kerdil.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus, terutama pengendalian wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi Sawah

Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut.

Panen

Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen sangat mempengaruhi kualitas bulir padi dan kualitas beras. Panen terlalu cepat menyebabkan persentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji padi tidak terisi atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan beras pecah saat digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah padi dipotong menggunakan sabit, agar kualitas gabah dan beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Beras menjadi kurang bersih.










BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1.      Varietas Padi Cilamaya Muncul

o   Tempat                                    : Desa Karangwangkal, Purwokerto Utara
o   Pemilik                                    : Bapak Supardi
o   Luas                                        : 1400 m2
o   Benih yang di butuhkan          : 4 kantong
                                                        *1 kantong = 5 kg
o   Pupuk yang di gunakan          : Tsp     = 50 kg, Urea = 100 kg, Phonska = 25 kg
Cara dan Waktu Pemupukan:
Tsp                                          => disebar bersamaan dengan
     pengolahan tanah
Urea dan Phonska                   => dicampur, disebar 15 hari setelah
      semai dan 45  hari kemudian.
o   Pengairan                                : Irigasi tadah hujan
Cara Pengairan                        : Setelah semai tergenang sampai 40hari,
   setelah 40  hari dikeringkan.
o   Musim Penanaman                  : hujan
o   Pengolahan Tanah                   : di bajak dengan traktor, dilakukan
Pemupukan dengan    menggunakan pupuk Tsp, kemudian di diamkan selama 3 hari.
o   Penanaman                              : Jarak tanam = 20x20cm
                                                        Setiap lubang= 3-4 bibit
                                                        Dilakukan pada saat lahan tergenang.
o   Pengendalian HPT     
Ø    Tikus                            : di tangkap ( manual)
Ø  Burung Emprit               : manual dengan cara tradsisional
(membuat bunyi- bunyian dengan    kaleng bekas di rakit dengan tali )
Ø  Walang Sangit                : disemprot dengan reagent,
perbandingan regent dengan air 1:3
o   Panen                                      : 120 hari (4 bulan)
o   Cara Panen                              : disabit dan digiling menggunakan penggiling padi
o   Pasca Panen                            : ditimbun, digunakan saat perlu, kadang
  ada yang dijadikan benih lagi.
o   Hasil Panen                             : 8 kwintal
o   Pembiayaan                            
Output            
-          Benih         : 20kg x Rp 42.000,-               = Rp 840.000,-
-          Pupuk        : Sp36, Urea, dan Phonska      =  Rp 600.000,-
-          Pengolahan tanah                                      = Rp 125.000,-
-          Tenaga kerja                                              = Rp 90.000,-
-          Panen                                                         = Rp 90.000,-
-          Reagent                                                     = Rp 60.000,-
Total                                                          = Rp 1.805.000,-
                        Input
                        8 kwintal x Rp 370.000,-                                = Rp 2.960.000,-
                        Keuntungan                                                    =Rp 1.155.000,-
2.      Varietas Padi IR-64
o   Tempat                                    : Desa Gentawangi, Jatilawang
o   Pemilik                                    : Bapak Sukarto
o   Luas                                        :  4900 m2
o   Benih yang dibutuhkan           : 140 kg
o   Pupuk yang digunakan           : Sp-36 = 250kg, Urea = 200 kg
Waktu dan Cara Pemupukan 
Tsp                                          => disebar bersamaan dengan
pengolahan tanah
Urea                                        => disebar, setelah penanaman padi                                                               berumur 35-40 hari
o   Pengairan                               : Irigasi tadah hujan dan irigasi teknis
Cara Pengairan                        : Diberikan saat pengolahan tanah
 dengan menggunakan irigasi teknis.
 Pemberian air irigasi dihentikan ketika umur padi 40-45 hari.
o   Musim Penanaman                : Awal musim hujan (Oktober-Desember
 dan pertengahan april – pertengahan
 juli)
o   Pengolahan Tanah                 : Lahan di airi kurang lebih setengah
bulan, dibajak 2x dengan traktor. Pembajakan pertama untuk membasmi gulma dan sisaa jerami. Pembajakan kedua untuk menghaluskan tanah.
o   Penanaman                            : Benih padi di sebar di persemaian
  selama 20-25  hari. Ditanam dengan
  sedikit air, setelah di tanam di airi lagi
  sampai setinggi satu jari telunjuk.
  Jarak tanam 25x25 cm
o   Pengendalian HTP                 :
Ø  Tikus                        : di tangkap ( manual)
Ø  Burung Emprit         : manual dengan cara tradsisional ( membuat bunyi
bunyian dengan kaleng bekas di rakit dengan tali )
Ø  Walang Sangit         : di semprot dengan reagent.
Ø  Sundep                     : di semprot dengan reagent.
Ø  Ulat                          : disemprot dengan wastak.
o   Panen                                     : 4 bulan (120 hari)

o   Cara Panen                            : disabit dan digiling menggunakan
  penggiling padi.
o   Pasca Panen                           : di simpan dan dijual
o   Hasil Panen                            : 3 ton gabah kering,
o   Pembiayaan
Output
Benih 140kg                          =Rp 1.400.000,-
Pengolahan Tanah                 = Rp 350.000,-
Pupuk ( Urea, Tsp)                = Rp 450.000,-
Irigasi                                     = Rp 490.000,-
Tenaga Kerja                         = Rp 1.260.000,-
Total                                      = Rp 3.950.000,-
Input
3ton x Rp 4.000.000,-           =Rp 12.000.000,-
Keuntungan                           = Rp 8.050.000,-        

3.      Varietas Padi Situ Bagendit
o   Tempat                                    : Desa Negaradaha, kecamatan Bumiayu.
o   Pemilik                                    : Bapak Daim
o   Luas                                        : 3500 m2
o   Benih yang di butuhkan          : 4 kantong
                                                        *1 kantong = 5 kg
o   Pupuk yang di gunakan          : SP-36     = 23 kg, Urea = 100 kg,
   ZA  = 30 kg
Cara dan Waktu Pemupukan:
SP-36  dan Urea                     =>  Dicampur dengan urea komposisi
20kg SP-36 dan 100 kg urea . Umur kurang lebih 45 hari 10kg SP - 36 dan 50 kg urea
o   Pengairan                                : Irigasi tadah hujan
o   Cara Pengairan                        : Jika tidak hujan 2x perairan sesuai
  aturan desa
o   Musim Penanaman                  : Musim Hujan
o   Pengolahan Tanah                   : di bajak dengan kerbau dan cangkul ,
  Ditunggu  5 hari baru di tanam.
o   Penanaman                              : Jarak tanam bebas, disemai 28-30 hari,
  ditanam setelah 3 hari.
o   Pengendalian HPT     
Ø    Tikus                            : disemprot dengan racun tikus.
Ø  Lembing dan sundep     : disemprot menggunakan puraden.
o   Panen                                      : 100 hari (3 bulan)
o   Cara Panen                              : disabit dan digiling menggunakan
  penggiling padi
o   Pasca Panen                            : ditebas sehingga petani tidak
   mempunyai gabah untuk penanaman
   selanjutnya
o   Hasil Panen                             :  Gabah kotor 19,46 kwintal,
   Gabah bersih 17,96 kwintal
  Jika digiling menjadi beras menjadi
   9,34 kwintal.

o   Pembiayaan
Output
Benih :20kg xRp 38.000,-                             = Rp 152.000,-
Pupuk : Sp-36 23kg                                        =Rp 80.500,-
             Urea 100kg                                       = Rp 230.000,-
             Furaden                                             = Rp 30.000,-
             Racun Tikus                                      = Rp 7.000,-
Pengolahan Tanahàangler                            = Rp 1.455.000,-
Biaya tandur 15orgx Rp 15.000,-                  = Rp 225.000,-
Biaya Matun 13orgx Rp 15.000,-                  = Rp 195.000,-
Babad Galeng(1org) 6 harixRp 18.000,-       = Rp 108.000,-
Pengairan                                                       =Rp 50.000,-
Total                                                               =Rp 2.532.500,-

Input
17,96 kwintal x Rp 300.000,-                                    = Rp 5.388.000,-
Keuntungan                                                   =Rp 2.855.500,-

B.     Pembahasan
Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat dekat, dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas tunas baru (Siregar, 1981).
Varietas padi Cilamaya ( umur padi 4 bulan/120 hari) milik Bapak Supardi di Desa Karangwangkal, Purwokerto Utara dengan luas 1400 m2. Jumlah benih yang di butuhkan 4 kantong (1 kantong = 5 kg). Pupuk yang di gunakan Tsp = 50 kg, Urea = 100 kg, Phonska = 25 kg, Cara dan Waktu Pemupukannya pupuk Tsp disebar bersamaan dengan pengolahan tanah, pupuk Urea dan Phonska dicampur, disebar 15 hari setelah semai dan 45 hari kemudian. Pengairannya menggunakan Irigasi tadah hujan, cara pengairannya setelah semai tergenang sampai 40 hari, setelah 40 hari dikeringkan. Pengolahan tanah di bajak dengan traktor, dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk Tsp, kemudian didiamkan selama 3 hari. Jarak tanam 20x20cm, setiap lubang 3-4 bibit dilakukan pada saat lahan tergenang. Pengendalian HPT tikus di tangkap ( manual), burung emprit manual dengan cara tradsisional ( membuat bunyi -bunyian dengan kaleng bekas di rakit dengan tali), Walang Sangit disemprot dengan reagent, perbandingan regent dengan air 1:3. Cara pepanenannya yaitu disabit dan digiling menggunakan penggiling padi. Pasca panen      ditimbun, digunakan saat perlu, kadang ada yang dijadikan benih lagi. Hasil panen 8 kwintal. Biaya pengeluaran untuk sekali pemanenan adalah Rp 1.805.000, biaya penjualan Rp 2.960.000 dan keuntungan Rp 1.155.000.
Varietas padi IR – 64 dengan umur padi 120 hari, milik bapak sukarto yang terletak di desa gentawangi, Jatilwang. Dengan luas 4900 m2, benih yang dibutuhkan 140 kg. Pupuk yang digunakan Sp-36 = 250kg dan Urea = 200 kg. Pupuk yang digunakan Tsp yang disebar bersamaan dengan pengolahan tanah dan Urea disebar setelah penanaman padi berumur 35-40 hari. Pengairan berupa Irigasi tadah hujan dan irigasi teknis .Diberikan saat pengolahan tanah dengan  menggunakan irigasi teknis.  Pemberian air irigasi dihentikan ketika umur padi  40-45 hari.
Musim Penanaman pada awal musim hujan (Oktober-Januari dan  Pertengahan april – pertengahan juli) Pengolahan Tanah dilakukan dan di biarkan kurang lebih setengah bulan, lalu dibajak 2x dengan traktor. Tujuannya pada  pembajakan pertama untuk membasmi gulma dan sisa jerami dan pada pembajakan kedua untuk menghaluskan tanah.Penanaman        benih padi di sebar di persemaian selama 20-25 hari. Ditanam dengan sedikit air, setelah di tanam di airi lagi sampai setinggi satu jari telunjuk dengan jarak tanam 25x25 cm. Pengendalian HTP , Hama yang sering muncul berupa tikus dengan cara di tangkap ( manual), burung emprit dengan cara manual yaitu dengan  cara tradsisional ( membuat bunyi bunyian dengan kaleng bekas di rakit dengan tali ), Walang Sangit dengan di semprot dengan reagent. Sundep dengan di semprot dengan reagent, Ulat dengan disemprot dengan wastak. Cara panen padi  disabit dan digiling menggunakan penggiling padi. Pasca panen padi di simpan untuk kebutuhan pangan dan selebihnya di jual. Hasil panen 3 ton gabah kering. Dengan biaya pengeluaran  Rp 3.950.000 dan biaya penjualan padi 3 ton Rp 12.000.000 sehingga keuntungan yang diperoleh Rp 8.050.000.
Varietas padi Situ Bagendit, dengan umur padi 100 hari/3bulan. Milik Bapak Daim terletak di Desa Negaradaha, kecamatan Bumiayu. Dengan luas sawah 3500 m2, dengan benih yang diperlukan 4 kantong, 1 kantongnya 5 kg. Pupuk yang digunakan SP-36 = 23 kg, Urea = 100 kg, ZA = 30 kg. Cara dan waktu pemupukan SP-36 dan Urea yaitu dicampur dengan urea komposisi 20 kg SP-36 dan 100 kg urea . Umur kurang lebih 45 hari 10kg SP - 36 dan 50 kg urea. Pengairan berupa Irigasi tadah hujan. Cara Pengairannya, jika tidak hujan 2x perairan sesuai aturan desa. Musim penanaman pada Musim Hujan. Pengolahan Tanah dilakukan dengan di bajak dengan kerbau dan cangkul, ditunggu 5 hari baru di tanam. Penanaman benih padi jarak tanam bebas, disemai 28-30 hari, ditanam setelah 3 hari. Pengendalian HPT hama yang sering muncul yaitu, Tikus disemprot dengan racun tikus, Lembing dan sundep disemprot menggunakan puraden. Cara panen padi disabit dan digiling menggunakan penggiling padi. Pasca Panen ditebas sehingga petani tidak mempunyai gabah untuk penanaman selanjutnya. Hasil Panen padi Gabah kotor 19,46 kwintal, Gabah bersih 17,96 kwintal, jika digiling menjadi beras menjadi 9,34 kwintal. Biaya pengeluaran Rp2.532.500, hasil panen 17,96 kwintal Rp 5.388.000, dan keuntungannya Rp 2.855.500.
Dari hasil produksi ke tiga varietas padi yang di lihat dari segi produksi per m2 varietas padi cilamaya dengan produksi 0.57 kg/m2, varietas padi IR -64 dengan produksi 0.61kg/m2 dan varietas padi Situ Bagendit dengan produksi 0.51 kg/m2 Sehingga produksi paling banyak berdasar segi kg/m2 adalalah padi varietas IR-64 .
Menurut pusat penelitian, Bogor varietas padi Cilamaya muncul dengan hasil rata- rata 6 ton/Ha, varietas padi situ bagendit dan IR- 64 rata-rata hasilnya sebesar 5 ton/Ha.  Hal ini sama dengan hasil survey yang sudah di lakukan dimana produksi paling tinggi adalah varietas padi Cilamaya muncul. Faktor produksi padi juga tergantung pada morfologi lahan yang memiliki pH, ketinggian tempat, jenis tanah dan lain-lain yang baik bagi pertumbuhan padi. Setiap varietas padi memiliki keunggulan benih tersendiri yang dpat dilihat dari berat dan ketebalan gabah serta banyaknya bulir per tangkai. Pemupukan juga mempengaruhi kesuburan lahanya yang mempengaruhi produksi padi. Cara pemupukan yang optimal akan meningkatkan produksi padi juga.  Adanya serangan hama penyakit tanaman mempengaruhi pembuahan padi sehingga mempengaruhi produksi bulir padi juga.












BAB IV KESIMPULAN
1.      Varietas padi yang diamati adalah varietas padi Cilamaya di Desa Karangwangkal, Purwokerto Utara dengan luas lahan 1400 m2, varietas padi IR-64 di Desa Gentawangi, Jatilawang dengan luas lahan 4900 m2 , dan varietas padi Situ Bagendit di Desa Negaradaha, Bumiayu dengan luas lahan 3500 m2 .
2.      Hasil panen padi cilamaya sebesar 8 kwintal, padi IR-64 sebesar 30 kwintal dan padi Situ Bagendit sebesar 17,96 kwintal.
3.       Hasil produksi ke tiga varietas padi yang di lihat dari segi produksi per m2 varietas padi cilamaya dengan produksi 0.57 kg/m2, varietas padi IR -64 dengan produksi 0.61kg/m2 dan varietas padi Situ Bagendit dengan produksi 0.51 kg/m2 , sehingga produksi paling banyak berdasar segi kg/m2 adalalah padi varietas IR-64 .















DAFTAR PUSTAKA
AAK.1990.Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta:Kanisius
Anonim.2011.http://www.puslittan.bogor.net.Diakses tanggal 5 Juni 2013
            tanggal 5 juni 2013
padisawah.html.Diakses tanggal 5 Juni 2013
Manwan, Ibrahim.1989.Padi Buku 2. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi.








LAMPIRAN
 
CC
Cara pengusiran serangan burung emprit pada tanaman padi
 









 










 

Tidak ada komentar:

Copyright © 2009 Gooooo---BLOG !! All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.