I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Geomorfologi adalah mempelajari bentuklahan (landform),
proses-proses yangmenyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh
setiap bentuk lahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di
dasar laut/samudera. Geografi fisik mempelajari
bentang lahan (landscape), yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk
oleh adanya interaksi dan interdependensi bentuk lahan.
Istilah bentang lahan berasal dari kata
landscape (Inggris) atau landscape (Belanda) atau landschaft (Jerman), yang
secara umum berarti pemandangan. Bentuk lahan atau Indform adalah bentukan alam dipermukaan
bumi khususnya didaratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu dan
melalui serangkaian evolusi tertentu.
Bidang Ilmu Tanah sangat berkepentingan dengan sumber daya
lahan, karena “tanah” merupakan kaian utamanya dan komponen inti dari
sumberdaya tersebut. Salah satu kepentingan dalam menilai (evaluate) potensinya
adalah aspek morfologi, morfogenesis, dan makromorfologi. Ketiga aspek tersebut
merupakan bagian dari kajian Geomorfologi. Penilaian potensi lahan pada suatu
wilayah (daerah) biasanya didekati dengan suatu “satuan lahan”. Satuan ini
umumnya dicirikan oleh gabungan dari iklim, relief, tanah, air dan tumbuh-tumbuhan.
Biasanya pada suatu satuan lahan terdiri ndri komponen yang hamper sama, karena
bahan dan proses yang berlangsung sekelas. Oleh karena itu, batas
penggambarannya (delination) harus mengacu pada bentuk lahan.
Dalam
praktikum kali ini, akan dilaksanakan dengan metode Peta topografi, citra
penginderaan jauh, survei lapangan , Menentukan bentuk wilayah dari peta
topografi, Menentukan bentuk wilayah dari citra penginderaan jauh dan field
trip atau dilapangan.
Kita
ketahui bentang lahan dan bentuk lahan sebagai suatu permukann bumi yang
didalamnya terkandung berbagai aspek yang dimaksudkan diatas, maka jelaslah
bentang lahan dan bentuk lahan dapat dikatagorikan sebagai sumber daya
landscape yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dengan menganalisis
bentang lahan tersebut berdasarkan geomorfiknya.
B.
TUJUAN
Adapun tujuan dalam praktikum lapang kali ini :
1.
Mengetahui dan mengenal bentang
lahan (landscape)
2.
Mampu membuat delineasi lanform
pada peta dan citra
3.
Menganalisis morfometri, morfografi, morfogenesis, dan
morfokronologi Landform : Volkan, Aluvial, Tektonik dan Struktural (Patahan dan
Lipatan), Fluvio-Marine, Karst, dan Marine.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian utama geomorfoloogi untuk analisis lansekap dan
morfologi (bentuk-bentuk lahan) yang terdiri dari morfografi (uraian dari
bentuk lahan) dan morfometri (ukuran bentuk lahan) dan morfogenesis (proses
pembentukan bentuk lahan), Morfoarangemen (tata ruang alamiah bentuk
lahan).Aspek tersebut juga digunakan dalam mengkaji ilmu-ilmu tanah, khususnya
pada kajian Pedologi, Klasifikasi Tanah, Survey dan Penilaian Lahan. Perlu
diketahui bahwa analisis lansekap sering digunakan untuk manganalisis bentang
lahan baik dianalisis dari sebuah peta maupun citra ataupun secara lapang
Kajian morfometri umunya menentukan kemiringan bentuk lahan,
bentuk wilayah, kelas lereng, dan tinggi tempat, sedangakan kajian morfografi
umumnya menentukan Grup bentuk lahan, batuan induk, dan sifat atau pemerian
bentuk lahan. Kajian morfogenesis menentukan proses yang sedang dan sudah
terjadi. Kedua proses ini terdiri dari proses pasif, aktif dan dinamis. Kajian
morfokronologi umumnya menentukan umur, torehan, dan polal drainase suatu
bentuk lahan.
Geografi fisik mempelajari bentang lahan
(landscape), yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh adanya
interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Perhatian utama geografi fisik adalah
lapisan hidup (life layer) dari lingkungan fisik, yaitu zona tipis dari daratan
dan lautan yang di dalamnya terdapat sebagian besar fenomena kehidupan (Sutikno,1990).
Berdasarkan uraian tentang pengertian geografi
fisik seperti di atas,maka dapat disebutkan bahwa geomorfologi merupakan unsur
geografi fisik dengan penekanan nya pada bentuk lahan beserta karakteristiknya.
Oleh karena itu geomorfologi memiliki keterkaitan yang erat.Dalam studi
geomorfologi dapat memberikan informasi yang berharga bagi geografi fisik.
Miller (1961) dalam verstappen (1983 :30) mengungkapkan peranan geomorfologi adalah
sebagai berikut:
a.Geomorfologi elementer, yang memanfaatkan bentuk
lahan untuk identifikasi batuan kerucut gunung api dan lain sebagainya
b.geomorfologi suplemen: memanfaatkan kejadian
atau gejala geomorfologi untuk memecahkan masalah geologi misalnya erosi
selektif untuk mengetahui jenis batuan dan struktur.
c.Geomorfologi komplementer: memanfaatkan gejala
geomorfologi untuk melacak fenomena geologi yang tidak jelas seperti
penyimpangan arah aliransungai untuk melacak sesar.
d.Geomorfologi independen: menerapkan geomorfologi
untuk studi geologi pada daerah yang miskin singkapan , dengan kajian
geomorfologi yang mendalam dapat
memberikan informasi yang bermanfaat.
Faktor geomorfologi yang terdiri atas bentuk
lahan, proses, material penyusun, dan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pola pembagian tanah dari suatu daerah dan tingkat perkembangan tanah.
Factor pembentuk tanah seperti batuan induk,iklim, relief, vegetasi, waktu, dan
organisme sebagian merupakan aspek geomorfologi.satuan bentuk lahan yang
menjadi sasaran utama dalam geomorfologi banyak digunakan untuk satuan pemetaan
tanah. Jadi ada hubungan logis antara bentuk lahan dengan satuan peta tanah
(sutikno,(1990:10)
Pada aspek fisik geomorfologi dapat memberikan
informasi melalui kajian dengan pendekatan geomorfologi. Pendekatan
geomorfologi digunakan dalam melakakukan analisis dan klasifikasi medan (terrain
analysis and classification) dengan beberapa parameter seperti yang
dikemukakan oleh Zuidam, et al (1978 : 9 – 22), dimana pada intinya dalam
analisis dan klasifikasi medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Relief/morfologi meliputi bagian lereng, ketinggian, kemiringan
lereng, panjang lereng, bentuk lereng, bentuk lembah, dan aspek relief yang
lain.
2.
Proses geomorfologi meliputi erosi dan tipe erosi, kecepatan dan
daerah yang terpengaruh; banjir yang meliputi tipe, frekuensi, durasi,
kedalaman, dan daerah yang terpengaruh; gerakan massa yang meliputi tipe,
kecepatan, daerah yang terpengaruh.
3.
Tipe material batuan meliputi batuan induk, material permukaan,
kedalaman pelapukan.
4.
Vegetasi dan penggunaan lahan meliputi tipe vegetasi, kepadatan,
tipe penggunaan lahan, periode, durasi, dan konservasi.
5.
Air tanah mencakup kelembaban permukaan, kedalaman air tanah,
fluktuasi air tanah, dan kualitas air tanah.
6.
Tanah mencakup kedalaman, kandungan humus, tekstur, drainase, dan
daerah berbatu.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas,
maka geomorfologi memegang peranan yang cukup penting, sebab hasil analisis dan
klasifikasinya medan ataupun lahan dapat dimanfatkan untuk berbagai
kepentingan. Seperti dalam bidang keteknikan, ekonomi, hidrologi dan lain
sebagainya. Berbagai bentuklahan yang ada di permukaan bumi, merupakan bagian kajian
dari geomorfologi terutama dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses
perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.
Kaitannya dengan hal tersebut Thornbury (1954)
dalam Sutikno (1987: 12) menyatakan bahwa ada lima kelompok terapan geomorfologi,
yaitu:
1.
Terapan geomorfologi dalam hidrologi, yang membahas hidrologi di
daerah karst dan air tanah daerah glasial. Masalah hidrologi di daerah karst
dapat diketahui dengan baik apabila geomorfologinya diketahui secara
mendalam.Air tanah di daerah glasial tergatung pada tipe endapannya, dan tipe
endapan ini dapat lebih mudah didekati dengan geomorfologi.
2.
Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas
pendekatan geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu, mineral
epigenetik, dan endapan bijih.
3.
Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang
dibahas meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan situs
bendungan dan geologi militer. Terapan geomorfologi dalam keteknikan ini semua
aspek geomorfologi dipertimbangkan
4.
Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur
minyak di AS yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi terutama
bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal struktur geologi dalam penentuan
terdapatnya kandungan minyak.
5.
Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut pemetaan
tanah, kajian pantai, dan erosi.
Istilah bentanglahan
berasal dari kata landscape (Inggris) atau landscap (Belanda) atau landschaft
(Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Ada beberapa penulis yang
memberikan pengertian tentang bentanglahan berikut ini.
(i) Bentang lahan merupakan
gabungan dari bentuk lahan (landform). Bentuklahan merupakan kenampakan
tunggal, seperti sebuah bukit atau sebuah lembah sungai. Kombinasi dari
kenampakan tersebut membentuk suatu bentanglahan, seperti daerah perbukitan
yang bervariasi bentuk dan ukurannya dengan aliran air sungai di selaselanya
(Tuttle, 1975).
(ii) Bentang lahan ialah
sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-sistem, yang dibentuk
oleh interaksi dan interdependensi antara bentuklahan, batuan, bahan pelapukan
batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan
manusia dengan segala aktivitasnya yang secara keseluruhan membentuk satu
kesatuan (Surastopo, 1982).
(iii) Bentanglahan
merupakan bentangan permukaan bumi dengan seluruh fenomenanya, yang mencakup:
bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut lain yang dipengaruhi oleh
aktivitas manusia (Vink, 1983).
Berdasarkan pengertian
bentanglahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat 8 unsur penyusun
bentanglahan, yaitu: udara, batuan, tanah, air, bentuklahan, flora, fauna, dan
manusia dengan segala aktivitasnya. Kedelapan anasir bentanglahan tersebut
merupakan faktor-faktor enentu terbentuknya bentanglahan, yang terdiri atas:
faktor eomorfik (G), litologik (L), edafik (E), klimatik (K), hidrologik (H),
oseanik O), biotik (B), dan faktor antropogenik (A). Dengan demikian
berdasarkan faktor-faktor pembentuknya, bentanglahan (Ls) dapat dirumuskan
sebagai:
Ls = ƒ (G, L, E, K, H,
0, B, A)
Keterangan: Ls
(bentanglahan) G (geomorfik) L (litologik)
E (edafik) K (klimatik)
H (hidrologik)
O (oseanik) B (biotik) A
(antropogenik)
Maka bentanglahan mencakup
aspek kajian penting, yaitu: bentang alami dengan inti kajian bentuklahan dan
bentang budaya dengan inti kajian manusia dengan segala perilakunya terhadap
lahan.
Menurut Tuttle (1975),
bentang lahan atau landskap merupakan kombinasi atau gabungan dari bentuk lahan.
Mengacu pada definisi bentang lahan tersebut, maka dapat dimengerti bahwa unit
analisis yang sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk
menganalisis dan mengklasifikasikan bentang lahan selalu mendasarkan pada
kerangka kerja bentuk lahan (landform). Bentuk lahan adalah bagian dari
permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari
proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam skala ruang dan
waktu kronologis tertentu. Berdasarkan pengertian ini, faktor-faktor penentu
bentuklahan (Lf) dapat dirumuskan sebagai:
Lf = ƒ (T, P, S, M, K)
Keterangan: Lf
(bentuklahan) T (topografi)
P (proses alam) S (struktur
geologis)
M (material batuan) K
(ruang dan waktu kronologis)
Oleh karena untuk
menganalisis bentang lahan lebih sesuai dengan berdasarkan pada bentuklahan,
maka klasifikasi bentanglahan juga akan lebih sesuai jika didasarkan pada
unit-unit bentuklahan penyusunnya. Verstappen (1983) telah mengklasifikasikan
bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi 10 macam bentuklahan asal proses,
seperti diuraikan berikut ini.
(a) Bentuklahan asal proses
volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
aktivitas gunungapi. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi,
medan lava, kawah, dan kaldera.
(b) Bentuklahan asal proses
struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan,
perbukitan, dan kubah merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
(c) Bentuklahan asal
fluvial (F) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam
merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
(d) Bentuklahan asal proses
solusional (S) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batugamping dan dolomite
karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva
merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
(e) Bentuklahan asal proses
denudasional (D) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi
akibat proses degradasi, seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan
ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
(f) Bentuklahan asal proses
eolian (E) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan,
parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
(g) Bentuklahan asal marine
(M) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut
oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini
antara lain: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting
gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut,
maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses
fluvial dan proses marine. Kombinasi kedua proses itu disebut proses
fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses
fluvio-marine ini antara lain delta dan estuari.
(h) Bentuklahan asal
glasial (G) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuk lahan ini antara lain
lembah menggantung dan marine.
(i) Bentuklahan asal organik (O) merupakan
kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas
organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah pantai
mangrove dan terumbu karang.
(j) Bentuklahan asal antropogenik (A) merupakan
kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia.
Waduk, kota, pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil
proses antropogenik.
Tuttle (1975), surastopo (1982), dan vink
(1983)dalam sunarto (1999:1) menyatakan bahwa lanskap dapat diartikan sebagai:
(a) suatu
gabungan yang dari kenampakan-kenampakan bentuk lahan.
(b) Sebagai
suatu ruang dipermukaan bumi yang terdiri dari sistem-sistem yang dibentuk oleh
interaksi dan interdependesiantara bentuk lahan , batuan, tanah, air,udara,
tetumbuhan, hewan, tepi pantai,energi dan manusia yang secarakeseluruhan
membentuk satu kesatuan.
(c) Permukaan
bumi dengan seluruh fenomenanya, yang mencakup bentuk lahan, tanah, vegetasi,
dan atribut-atribut yang dipengaruhi oleh manusia.
Selain diartikan sebagai bentang lahan, lanskap juga
diartikan sebagai pemandangan, yaitu keadaan alam yang menujukan kenampakan
indah dan suasana nyaman.Dari pengertian tersebut dapat diketahui, bahwa
pemandangan mempunyai empat aspek yang terkandung didalam nya.Yaitu aspek
kondisional (keadaan alam), asppeek visual (kenampakan), aspek estetika
(keindahan), serta aspek sittusional (suasana nyaman). Diketahui pula bahwa
lanskap tersusun atas kompenen-kompenen bentuk lahan, iklim, batuan, tanah,
air, flora, fauna, dan budaya yang kesemuanya saling interaksi,
interdependensasi, membentuk suatu kesatuan yang kondisi nya dapat
dilihat,keindahan nya dapat dinikmati, dan kenyamanan nya dapat dirasakan oleh
segenap manusia.
Bentuk lahan atau Iandform adalah bentukan alam dipermukaan bumi khususnya
didaratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu dan melalui
serangkaian evolusi tertentu pula salamantalya (1995:14), menjelaskan bahwa
bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami,
memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan jalur
tertentu yang terjadi dimanapun bentuk lahan tersebut terdapat. Berdasarkan
pengertian bentuk lahan tersebut, jelas bahwa bentuk lahan yang berada
dipermukaan bumi sangat bervariasi .kondisi bentuk lahan yang bervariasi dapat
menampilkan berbagai macam potensi seperti potensi keindahan, potensi energi,
dan lain sebagainya.
Dengan demikian, bentang lahan dan bentuk lahan sebagai suatu permukann bumi
yang didalamnya terkandung berbagai aspek yang dimaksudkan diatas, maka
jelaslah bentang lahan dan bentuk lahan dapat dikatagorikan sebagai
sumber daya landskap yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar